Kain Piyama Tepat, Kunci Tidur Nyenyak Berkualitas

Sahabat Sehat, sebelumnya kamu mungkin sudah membaca mengenai kriteria kamar tidur dan sprei yang tepat untuk membuatmu tertidur lelap. Nah, bagaimana dengan piyama atau baju yang kamu pakai? Sudahkah tepat dan bisa membantumu mendapat tidur berkualitas? Yuk, cek di sini!

Hubungan Kualitas Tidur dan Pakaian

Gangguan tidur pada orang dewasa tanpa masalah kesehatan sering dikaitkan dengan lingkungan termal (terkait suhu). Sebuah studi tahun 2019 pada Nature Science of Sleep menilai dampak pakaian tidur dari serat dengan insulasi termal dan sifat higral yang berbeda terhadap kualitas tidur.

piyama kualitas tidur
Foto: Freepik.com

Studi cross-over acak ini menyelidiki efek kualitas tidur dari pakaian tidur yang terbuat dari katun, poliester, dan wol Merino pada orang dewasa berusia 50-70 tahun, pada suhu sekitar 30°C dan kelembapan relatif 50%. Hasil menunjukkan manfaat yang signifikan secara statistik untuk pakaian tidur wol diamati rata-rata untuk semua peserta dan, khususnya, bagi lansia dan individu dengan kualitas tidur buruk.

Kain dan Kenyamanan Saat Tidur

Pakaian tidur memengaruhi kenyamanan lingkungan termal. Kain memungkinkan berbagai tingkat transfer panas dan kelembaban. Dikarenakan setiap jenis serat memiliki insulasi termal dan sifat higral yang melekat, kain yang terbuat dari jenis serat yang berbeda dapat menghasilkan efek yang berbeda pada insulasi termal. Efek ini berpotensi mengubah kualitas tidur.

Serat alami, seperti kapas dan wol, bersifat higroskopis dengan kemampuan menyerap dan mentransfer kelembapan dalam jumlah besar. Wol memiliki moisture regain tertinggi dibanding serat tekstil biasa, dengan poliester memiliki moisture regain terendah dan kapas memiliki moisture regain menengah. Serat wol kering menyerap kelembaban ≤ 35% dari berat keringnya di udara jenuh, sedangkan kapas menyerap sekitar 24% dan poliester < 1%.

Pemilihan Kain Piyama sesuai Kebutuhan

Pakaian tidur dapat dibuat dari berbagai jenis kain. Umumnya, kain piyama dibuat dari kapas, wol, flanel, kain bamboo, linen, sutra, bahkan kombinasi kain tertentu. Kain bahan piyama bisa membuat perbedaan besar pada kualitas tidur. Beberapa kain mungkin lebih baik dalam memerangkap panas, menyerap kelembapan, atau mencegah iritasi kulit.

bahan piyama
Foto: Pexels.com

Bahan yang paling cocok untuk satu individu akan bergantung pada kebutuhan dan preferensi spesifik masing-masing. Misalnya, jika seseorang sering merasa kedinginan di malam hari, sebaiknya gunakan kain flanel. Jika tinggal di tempat yang sangat hangat dan lembap, bamboo atau sutra dapat menjadi alternatif pilihan yang lebih baik. Efek dingin dari kain jenis sutra dan bamboo menjadikannya bahan alas tidur dan sarung bantal yang populer bagi orang-orang yang cenderung merasa kepanasan di malam hari.

Selain kain piyama yang tepat, pastikan piyama berukuran longgar. Penelitian Lee et al. (2000) pada Chronobiology International, mengungkap bahwa mengenakan pakaian ketat di malam hari dapat membatasi produksi melatonin.

Melatonin adalah hormon yang membantu mengatur tidur. Pada individu yang sehat, melatonin meningkat pada malam hari untuk menginduksi dan membuat tidur kemudian menurun pada siang hari untuk membuat tubuh merasa lebih terjaga. Mengenakan pakaian ketat di malam hari dapat membuat kadar melatonin tubuh terlalu rendah, sehingga sulit tertidur atau sulit menjaga tidur lelap.

Nah, Sahabat Sehat bagi kamu yang merasa tidur kurang nyenyak coba deh cek jenis kain piyamamu. Jika merasa perlu, lakukan sampling kain piyama yang cocok dan mampu membuatmu lebih lelap di malam hari.

Editor & Proofreader: Zafira Raharjanti, STP

Referensi

Anonim. 2020. What To Wear To Bed. https://sleepingonit.com/what-to-wear-to-bed/. Diakses 30 Juli 2023.

Breus, M. 2022. What To Wear To Sleep. https://sleepdoctor.com/sleep-faqs/what-to-wear-to-bed/. Diakses 30 Juli 2023.

Chow CM, Shin M, Mahar TJ, Halaki M, Ireland A. 2019. The impact of sleepwear fiber type on sleep quality under warm ambient conditions. Nat Sci Sleep. 2019 Aug 26;11:167-178. doi: 10.2147/NSS.S209116. PMID: 31692485; PMCID: PMC6716586.

Lee YA, Hyun KJ, Tokura H. 2000. The effects of skin pressure by clothing on circadian rhythms of core temperature and salivary melatonin. Chronobiol Int. Nov;17(6):783-93. doi: 10.1081/cbi-100102114. PMID: 11128295.

About the Author

Setyaning Pawestri, S.Pi, M.Si

Dosen Ilmu dan Teknologi Pangan, FATEPA, Universitas Mataram. Lulusan Teknologi Hasil Perikanan, Universitas Gadjah Mada dan Ilmu Pangan, Institut Pertanian Bogor

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Proudly powered by WordPress | Theme: Journey Blog by Crimson Themes.