Hai, Sahabat Sehat! Diet Mediterania belakangan ini jadi perbincangan. Sebenarnya seperti apa penerapannya? Banyak yang mengatakan bahwa pola makan ini cocok untuk diterapkan pada lansia. Apakah benar begitu? Tapi sebelumnya, berikut ini anjuran perubahan makan yang dialami ketika mulai menginjak usia lanjut.
Konsistensi dan tekstur yang lebih halus
Lansia, sudah mengalami banyak sekali penurunan fungsi. Salah satunya pada proses pencernaan. Gangguan gigi akibat gigi tanggal/ompong, menjadi salah satu penyebab yang paling umum. Jadi, bentuk makanan yang dikonsumsi pun harus lunak sehingga mudah di cerna. Contohnya seperti nasi tim, lauk pauk yang dicincang atau suwir.

Rendah lemak
Semakin bertambahnya usia, kemungkinan untuk mengalami penyakit tidak menular semakin tinggi. Makanan tinggi lemak, berhubungan juga dengan kolesterol yang tinggi. Maka dari itu, jenis makanan seperti jeroan, kulit hewan, gorengan, dan santan kental sangat perlu dibatasi. Misalnya, dalam 1 piring menu makan apabila sayurnya ditumis maka lauk pauknya bisa diolah dengan minyak atau lemak yang minim. Namun, bila lauk pauknya digoreng maka bisa dikombinasikan dengan sayur bening.
Rendah garam
Makanan dengan kandungan garam tinggi juga perlu dibatasi lansia. Sebenarnya ngga hanya lansia, Kemenkes telah memberikan batasan konsumsi garam per hari sebesar 1 sdt. Bahan makanan yang tinggi natrium pun perlu dihindari, mulai dari ikan asin, telur asin, ikan pindang, dan pangan olahan lainnya.
Cukup buah dan sayur
Kandungan serat, vitamin, juga mineral dalam sayur dan buah dapat mencegah konstipasi yang kerap dikeluhkan lansia. Selain itu, serat dapat mengikat kelebihan lemak dan kolesterol sehingga mencegah menumpukan lemak pada pembuluh darah yang dapat memicu penyakit jantung.
Cukup air
Sama halnya orang dewasa, konsumsi air pada lansia juga berkisar antara 1,5-2 liter per hari. Jumlah ini perlu dipenuhi, tentunya untuk mencegah berbagai penyakit dan gangguan kesehatan.
Mengenal Diet Mediterania
Diet mediterania merupakan pola makan masyarakat wilayah pesisir Mediterania dan dikenal sejak tahun 1960-an. Sekarang, kebiasaan makan ini telah banyak diadopsi menjadi prinsip diet di berbagai negara. Minyak zaitun sebagai sumber utama lemak tambahan menjadi ciri khas diet mediterania.

Selain itu, diet ini juga berfokus pada makanan nabati (sereal, buah, sayuran, kacang-kacangan, dan biji-bijian), konsumsi ikan, makanan laut (seafood), dan produk susu dalam jumlah sedang. Penggunaan daging merah diperbolehkan tetapi dibatasi, mengingat kandungan lemaknya yang tinggi.
Manfaatnya bagi Lansia?
Akibat dari berkurangnya hormon estrogen pasca menopause, kesehatan tulang pada perempuan usia lanjut lebih rentan. Ditambah lagi, fungsi fisiologis lansia yang juga menurun. Alhasill, dibutuhkan asupan makanan yang sesuai.
Penelitian di Amerika Serikat pada perempuan usia 50-79 yang telah menopause menunjukkan bahwa kepatuhan yang tinggi dalam menjalankan diet mediterania berisiko lebih rendah mengalami patah tulang pinggul. Hasil review jurnal pun menyatakan bahwa diet mediterania efektif mengurangi tekanan darah pada lansia hipertensi.
Nah, diet mediterania bisa nih jadi alternatif diet untuk lansia. Barangkali ngga terlalu suka dengan pangan laut, tenang aja. Ngga perlu mengubah kebiasaan makan hingga sama persis seperti kebiasaan makan di pesisir Mediterania kok, cukup dengan mengikuti prinsip dietnya aja. Ketika ingin menjalankan sebuah diet, jangan lupa konsultasikan dengan ahli gizi terlebih dulu ya . Keep healthy and happy!
Editor & Proofreader: Zafira Raharjanti, STP